MAKALAH PSIKOLOGI PENDIIDKAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT


KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya hingga makalah “Psikologi Pendidikan” ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.    Nindya Ayu Pristanti, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan .
2.      Teman-teman kelas A Pendidikan Akuntansi  Universitas Negeri Medan angkatan 2015
Penulis menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan critical book  di waktu berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah “Psikologi Pendidikan” ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI











BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Setiap individu berbeda. Perbedaan yang dimaksud pada pembahasan ini adalah perbedaan dalam intelegensi, bakat dan minat anak didik. Perbedaan-perbedaan ini menjadi parameter yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak didik dalam mengembangkan dirinya terutama di lingkungan sekolah.
Keberagaman-keberagaman yang dimiliki setiap individu menjadikan mereka berbeda satu sama lain. Sehingga dalam proses belajar tertentu akan ada kemajuan belajar siswa yang berbeda-beda pula. Seorang guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran sehingga ia turut andil dalam      perkembangan siswa didiknya. Dengan memahami perbedaan intelegensi, bakat dan minat diharapkan seorang guru akan mampu mengarahkan, mengembangkan dan mendukung pencapaian prestasi anak didiknya sesuai dengan potensi yang dimilikinya sebab potensi tersebut tidak akan berkembang tanpa adanya latihan.
Dalam makalah ini kita kan membahas tentang perbedaan individu, inteligensi, bakat dan minat, kepribadian dalam proses dan hasil belajar.

 

B.   Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud perbedaan individu?
2.      Apa yang dimaksud intelegensi, bakat dan minat?
3.      Apa perbedaan intelegensi, bakat dan minat?
4.      Bagaimanakah keterkaitan intelegensi, bakat dan minat dalam proses belajar siswa?

C.  Tujuan

1.      Menjelaskan maksud perbedaan individu
2.      Mengetahui pengertian intelegensi, bakat dan minat
3.      Mengetahui perbedaan intelegensi, bakat dan minat
4.      Mengetahui keterkaitan intelegensi, bakat dan minat dalam proses belajar siswa

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PERBEDAAN INDIVIDU

Menurut Chaplin Perbedaan Individual adalah sebarang sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan individu lainnya. Sedangkan Gerry dalam buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual seperti berikut:
  1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
  2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
  3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
  4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
  5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Perbedaan individual terbentuk karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang berperan paling pertama yaitu faktor bawaan. Setiap individu terlahir dari dua individu yang juga berbeda antara satu dan lainnya sehingga menghasilkan variasi yang berbeda pula. Kemudian faktor lingkungan dimana individu tersebut berkembang menjadi faktor penentu berikutnya. Faktor lingkungan seperti keadaan sosial dan ekonomi setiap individu berbeda satu sama lain, mengakibatkan karakteristik individu berbeda pula.

B.     PENGARUH PERBEDAAN KEPRIBADIAN DALAM HASIL BELAJAR SISWA

            Tiap orang mempunyai sifat pribadi atau kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kepribadian yang ada pada diri seseorang itu sedikit banyak turut mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa. Jika seorang siswa berhasil dalam belajarnya maka ia telah mencapai prestasi belajar. Menurut Cooper (2000), prestasi adalah suatu hal yang dipenuhi melalui kemampuan yang baik, usaha yang keras, dan keteguhan hati yang kuat. Oleh karena itu dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan gambaran hasil tingkat kemampuan siswa baik dalam usaha yang keras dan ketekunan berdasarkan proses belajar yang telah dilaksanakannya.
            Kepribadian berhubungan langsung dengan hasil belajar siswa. Misalnya seorang siswa yang memiliki kepribadian koleris cenderung lebih cekatan dalam menyelesaikan tugas dibandingkan seorang plegmatis yang cenderung tidak terburu-buru, selain itu seorang koleris akan lebih cepat berkembang dengan adanya saingan berdasarkan teori yang telah di jelaskan sebelumnya. Contoh lain, seorang siswa yang memiliki kepribadian Melankolis cenderung perfeksionis dalam melakukan sesuatu. Dalam belajar jika dihadapkan dalam tugas kelompok ia akan mengalami sedikit kesulitan sebab dengan sifat perfeksionisnya teman sekolompoknya akan sulit mengimbangi pola belajarnya yang cenderung berfikir sendiri sehingga teman-temannya akan menyerahkan tugas tersebut kepadanya. Hal ini tentu akan berdampak pada kesimbangan belajar dalam kelompok tersebut dimana siswa melankolis tadi akan lebih menguasai materi daripada teman-teman satu kelompoknya yang lain.
            Maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian menjadi indikator yang sangat penting dalam menentukan hasil belajar siswa. Dalam hal ini seorang guru tentu memainkan peran yang penting dalam berhasilnya belajar siswa. Dengan memahami kepribadian-kepribadian yang ada pada siswa-siswanya tentu akan memudahkannya dalam melakukan penilaian hasil belajar. Tidak hanya berdasarkan kemampuan kognitif siswa semata tetapi kemampuan siswa dalam interaksinya dengan kegiatan mengajar-belajar dalam kepribadian aktif yang positif. Dan guru tetap berperan dalam membimbing siswa-siswanya. Sebab seseorang dengan Indeks Akademik yang tinggi tidak akan bermanfaat tanpa didasari kepribadian yang baik.

C.    HUBUNGAN KEPRIBADIAN DALAM BELAJAR SISWA

            Erik Noftle dan Ricard Robins (2007) melakukan penelitian mengenai kepribadian. Berdasarkan hasil penelitian mereka di peroleh kesimpulan bahwa sifat-sifat kepribadian adalah predictor yang kuat untuk banyak aspek kehidupan. Oleh karena itu aspek kepribadian siswa perlu diketahui oleh guru sebagai pendidik, hal ini karena aspek kepribadian memiliki kaitan erat dengan faktor-faktor yang mempenguhi hasil belajar siswa. Guru harus mampu memahami aspek pribadi siswanya agar dapat menentukan langkah seperti apa yang tepat dalam memberikan transfer ilmu pada siswanya.
           

D.    INTELIGENSI

Berikut ada beberapa pengertian Inteligensi menurut para ahli :
1.      Alferd Binet (1857-1911) dan Theodeore Simon
            Intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
2.      Wechlsler (1965)
            Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
3.      Walters dan Gardner (1986)
            Intelegensi adalah serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
Maka dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.
            Menurut M. Ngalim Purwanto (2004: 55-56), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan antara intelegensi seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi  tingkat intelegensi seseorang, yaitu :
1.    Pembawaan
pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.
2.    Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
3.    Pembentukan
pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
4.    Minat dan pembawaan yang khas
minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dan dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5.    Kebebasan
kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

            Sedangkan menurut Bayley, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:
a. Keturunan
b. Latar belakang sosial ekonomi
c. Lingkungan hidup
d. Kondisi fisik
e. Iklim emosi
            Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang. Maka sebagai seorang pendidik seorang guru harus mampu membantu mempengaruhi kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara maksimal dan mencoba melengkapi program pengajaran yang ditujukan bagi mereka yang lambat dalam belajar.

E.     BAKAT

Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.
Jenis-jenis bakat antara lain sebagai berikut:
  1. Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
  2. Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin, penceramah, olahraga.
Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu :
  1. Bakat Verbal
Bakat tentang konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata.
  1. Bakat Numerikal
Bakat tentang konsep – konsep dalam bentuk angka.
  1. Bakat Skolastik
Kombinasi kata – kata (logika) dan angka – angka. Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer.(Newton, Einstein, dsb.)
  1. Bakat Abstrak
Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran, bentuk dan posisi-posisinya.
  1. Bakat mekanik
Bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan alat – alat lainnya.
  1. Bakat Relasi Ruang (spasial)
Bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. (Thomas Edison,  Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.)
  1. Bakat kecepatan ketelitian klerikal
Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya.
  1. Bakat bahasa (linguistik)
Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lainnya.

F.     MINAT

Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas ( Hilgar & Slameto ; 1988 ; 59). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu. (Maprare dan Slameto; 1988; 62).
Jadi, dapat disimpulkan minat ialah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.
Jenis – jenis minat (Guilford, 1956) :
1.      Minat vokasional merujuk pada bidang – bidang pekerjaan.
2.      Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
3.      Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli, periklanan, akuntansi, kesekretariatan dan lain – lain.
4.      Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain – lain.
5.      Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi. Misalnya petualang, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain – lain.
Muhibbin Syah (2003: 132) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi  minat menjadi 3 bagian, yaitu :
1.  Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi :
   aspek fisiologis
kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.
   aspek psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.
2.  Faktor Eksternal Siswa
   Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman sekelas
   Lingkungan Nonsosial
Lingkungan sosial terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.
3.  Faktor Pendekatan Belajar
     Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.
Sedangkan menurut Crow (1973:22),  ada beberapa faktor yang mempengaruhi      minat. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.  The Factor Inner Urge
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2.  The Factor Of Social Motive
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, missal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula.
3.  Emosional Factor
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

G.    PERBEDAAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT

Intelegensi dan Bakat merupakan kemampuan yang berasal dari hereditas (pembawaan). Cepat atau lambatnya seseorang misalnya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dipengaruhi tingkat intelegensinya dan bakatnya. Akan tetapi tingkat intelegensi seseorang dapat berubah karena dipengaruhi faktor-faktor tentu, misalnya orang yang rajin mengasah kemampuan akademiknya dengan berlatih terus menerus akan mengalami peningkatan IQ. Sedangkan bakat akan terus ada dalam diri seseorang, apakah ia latih atau tidak kemampuan bakat seseorang akan selalu sama (bersifat permanen). Intelegensi dan bakat merupakan kemampuan yang berasal dari genetik, sementara minat merupakan kemampuan yang berupa kemauan seseorang yang tinggi terhadap sesuatu yang dipengaruh oleh lingkungannya. Minat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sebab dapat berubah karena perubahan trend maupun perubahan hobby seseorang (berorientasi pada hobby). Akan tetapi minat akan berpengaruh besar dalam perkembangan intelegensi dan bakat seseorang sebab dengan memiliki minat akan membangkitkan motivasi seseorang dalam mengasah kemampuan yang ada pada dirinya.
            Maka berdasarkan penjelasan diatas maka point-point perbedaan dan persamaan intelegensi, bakat dan minat dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut :

Intelegensi
Bakat
Minat
Pembawaan (Hereditas)
Pembawaan (Hereditas)
Lingkungan
Lepas dari aspek suka atau tidak suka
Lepas dari aspek suka atau tidak suka
Orientasi pada hobi/ kesukaan semata
Permanen, tetapi dapat berubah jika dipengaruhi faktor-faktor tertentu
Tidak mudah berubah dan bersifat permanen
Mudah berubah sesuai dengan tren yang ada
Genetik lebih dominan
Genetik lebih dominan
Genetik tidak dominan
Membutuhkan latihan
Membutuhkan latihan
Membutuhkan latihan
Tidak selalu berdasarkan motivasi
Membutuhkan motivasi
Membutuhkan motivasi

 

H.    KETERKAITAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT DALAM PROSES BELAJAR SISWA

            Intelegensi, bakat dan minat pada hakikatnya memiliki persamaan dalam konsep perkembangan. Intelegensi dan bakat yang tidak diasah atau dilatih tidak akan mengalami kemajuan. Sementara tanpa adanya minat dalam mengembangkan intelegensi dan bakat akan mempengaruhi perkembangan atau tidak akan mengalami kemajuan sama sekali sebab minat merupakan indikator motivasi anak didik dalam mempelajari dan menunjukkan kinerja yang tinggi dalam proses belajar. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni, misalnya seni, musik, hitung menghitung, bahasa, dan lain-lain merupakan hasil interaksi antara bakat bawaan dan faktor lingkungan serta didukung dengan faktor kepribadian dan sikap kerja seseorang.
            Intelegensi, bakat dan minat memiliki hubungan satu sama lain, dimana jika salah satunya tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi yang lain. Hal ini dapat kita cermati dari hasil penelitian Heller, Monks, dan Passow (Wimbarti : 2000), bahwa dari 100 anak yang memiliki IQ tinggi di California yang diteliti sejak tahun 1920 hingga sekarang diantara mereka ada yang menjadi orang terkenal, diantaranya senator, sebagian menerima hadiah nobel untuk Iptek, menjadi bintang film terkenal, sutradara tersohor, novelis dan lain-lain. Namun ada juga diantara mereka yang menjadi pembersih kantor, tukang sapu jalan, dan pekerja kasar lainnya. Dengan demikian orang-orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi tidak selamanya akan berhasil dalam hidupnya. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Harjito dkk., (1993) pada siswa SMA di Indonesia yang memperoleh prestasi belajar rendah atau yang mempunyai permasalahan kesukaran belajar di sekolah. Hasilnya menunjukkan tidak selamanya siswa yang memiliki prestasi belajar rendah dan memiliki kesukaran belajar berasal dari siswa yang memiliki inteligensi rendah. Kenyataan menunjukkan beberapa siswa yang memiliki IQ diatas rata-rata memiliki prestasi belajar yang rendah dan beberapa memiliki permasalahan dalam belajar.
            Maka dapat disimpulkan bahwa Intelegensi, bakat dan minat pada peserta didik harus dikembangkan secara bersamaan dan bertahap. Sebab ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain. Seorang anak didik yang tahu akan kapasitas intelegensi, bakat dan minatnya sejak dini akan mampu menjadikan bakat tersebut sebagai bekal untuk memperoleh kekuatan saat mereka dewasa nanti dan akan membuka peluang bagi mereka untuk menjadi orang yang sukses. Adapun guru sebagai fasiliatator pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa sebaiknya dapat mengenali kemampuan seperti apa yang dimiliki oleh siswanya.
            Untuk meningkatkan kemampuan intelegensi, bakat dan minat peserta didik dengan baik maka seorang pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.   Dorongan. Dorongan secara berlebihan (pemaksaan) pada anak didik dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan diri mereka.
2.   Pujian. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi dapat membawa anak terjebak ke dalam sikap lupa diri.

BAB III

KESIMPULAN


Tidak ada satupun individu sama persis dengan individu yang lain. Setiap individu unik baik karena faktor –faktor yang diturunkan oleh kedua orang tua maupun akibat hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perbedaan yang khas dan unik tersebut disebut dengan keberagaman individual. Keberagaman individual menyebabkan perbedaan kemampuan intelegensi, bakat dan minat pada setiap individu. 
          Dengan memahami kapasitas (intelegensi, bakat dan minat) anak didiknya, seorang guru akan mampu merancang model pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan kemampuan intelegensi anak didiknya sehingga dapar meningkatkan minat dan motivasi yang tinggi dalam proses belajar peserta didik. Proses pembelajaran yang dilandasi oleh pemahaman terhadap peserta didik juga dapat mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu seorang guru yang mengenali bakat dan minat peserta didik akan mampu mengarahkan anak didiknya dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sehingga dengan adanya perkembangan-perkembangan tersebut diharapkan dapat menjadi indikator meningkatnya hasil prestasi belajar siswa.


                                           









DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Milfayetty, Sri dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: PPs Unimed
https://www.academia.edu/24115180/makalah_psikologi_pendidikan_perbedaan_individu
https://blog.uad.ac.id/arif1400001038/2016/07/26/pengertian-bakat-dan-minat/




Komentar

Postingan populer dari blog ini

POSTULAT AKUNTANSI

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 “LIKUIDASI PERSEKUTUAN USAHA”