PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Mata Kuliah: Etika Profesi dan Bisnis

PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(Studi Kasus Pengambilan Keputusan Pemerintah Dalam Menghadapi Kenaikan BBM)


Dosen Pengampu:
Khafipuddin, M.Si


Oleh :
Anne Novita Manik                (7153142001)





PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018


BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

            Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Para manajer puncak,sebagai contoh menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya, termasuk manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangan nya masing-masing.
            Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari efektivitas manejer. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah pengambilan keputusan.
            Tidak  ada pembahasan kontemporter  pengambilan  keputusan  akan lengkap tanpa dimasukkanya etika mengapa karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasional. Pada kesempatan kali ini kami penulis akan membahas etika dalam pengambilan keputusan yang etis.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan etika?
2.      Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
3.      Apa saja kriteria pengambilan keputusan yang etis?
4.      Bagaimana langkah-langkah dalam pengambilan keputusan yang beretika?
5.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan?

C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan.
3.      Untuk mengetahui kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis.
4.      Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pengambilan keputusan yang beretika.
5.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.


BAB II

 PEMBAHASAN

 


A.  Pengertian Etika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy). Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika juga diartikan pula sebagai yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik atau buruk atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.
Menurut Mathis dan Jackson, etika memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas, alternatif ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti, dan efek personal.
1.      Konsekuensi Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya, karena menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan penutupan perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu akan berpengaruh terhadap kehidupan karyawan, keluarganya, masyarakat dan bisnis lainnya.
2.      Alternatif Ganda : beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain menggunakan aturan yang ada.
3.      Akibat Berbeda : keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan di suatu pabrik dalam waktu relatif lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan lainnya untuk bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi pihak karyawan dirugikan.
4.      Ketidakpastian Konsekuensi : konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika sering tidak diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benar-benar kualifaid.
5.      Efek Personal : keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si karyawan juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya, kalau para pelanggan asing tidak menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan berpengaruh negatif pada masa depan karir para “sales” tersebut.

B.   Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan pada umumnya adalah memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia melalui suatu proses mental dan berfikir yang logis. Ketika mencoba untuk membuat keputusan yang terbaik, seseorang harus menimbang sisi positif dan negatif dari setiap pilihan, dan mempertimbangkan semua alternatif. Untuk pengambilan keputusan yang efektif, seseorang harus mampu memprediksikan hasil dari setiap pilihan, dan berdasarkan pada semua item tersebut, menentukan pilihan mana yang terbaik untuk situasi tertentu. Pengambilan keputusan harus berdasarkan beberapa tahapan yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan seterusnya. Keputusan (decision) adalah hasil membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangkan istilah pengambilan keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.  Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa alternatif yang ada. Keputusan yang kita ambil tentunya perlu di dukung berbagi faktor yang akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut adalah tepat. 
Ada 2 Jenis pengambilan keputusan, yaitu :
1.      Pengambilan keputusan terprogram (Programmed Decision)
2.      Pengambilan keputusan tidak terprogram (Nonprogrammed Decision)

C.  Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan

1.      Berdasarkan intuisi atau perasaan
Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena  sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan lagi. Meskipun memiliki beberapa kekurangan keputusan yang didasari intuisi atau perasaan juga memiliki keuntungan diantaranya pengambilan keputusan dilakukan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2.      Berdasarkan rasional atau masuk akal
K e p u t u s a n   y a n g   b e r s i f a t   r a s I o n a l   b e r k a i t a n   d e n g a n   d a y a   g u n a   m a s a l a h - masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.   Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dalam masyarakat.
3.      Berdasarkan fakta
B a n y a k   yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkandengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.Sedangkan informasi  adalah  hasil  pengolahan  dari data. Dengan demikinan, data harus diolah  lebih  dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang c u k u p   I t u   m e m a n g   m e r u p a k a n   k e p u t u s a n   yang   b a i k   d a n   s o l i d .
4.      Berdasarkan pengalaman
Pengambilan  keputusan  berdasarkan pengalaman sering kali diterapkan pimpinan dengan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedomandalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
5.      Berdasarkan wewenang
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan  kegiatan  demi   tercapainya tujuan organisasi yang  efektif  dan  efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan,diantarana banyak diterimanya oleh bawahan,   juga karenad idasa r i wewena ng yang  resmi maka  akan  lebih  bersif at  permanen. 

D.  Proses Pengambilan Keputusan

1.      Model Rasional
a.       Rasional adalah Membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan – batasan tertentu
b.      Batasan – batasan tertentu adalah (1) kejelasan masalah, (2) Pilihan – pilihan yang diketahui (3) Pilihan – pilihan yang jelas (4) Pilihan – pilihan yang konsisten  (5) tidak ada batasan waktu dan biaya (6) Hasil Maksimum
c.       Keputusan yang rasional adalah  model pembuatan keputusan yang mendeskripsikan bagaimana individu seharusnya berprilaku untuk memaksimalkan hasil.
Ada 6 langkah prilaku individu untuk memaksimalkan hasil dengan model rasional :
1)   Mendefinisikan Masalah. Untuk mendefinisikan masalah harus secara jelas karena seringkali terjadi kesalahan dalam hal ini seperti masalah tidak terlihat atau tidak terdefinisikan secara jelas maka manajer perlu membedakan masalah dengan gejala yang tampak.
2)   Mengidentifikasikan  kreteria keputusan. Artinya Mengembangkan Alternatif Pemecahan masalah secara kreatif, walaupun ada batasan ( constraint) sehingga pengembil keputusan dapat menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan
3)   Menimbang Kreteria yang telah diidentifikasi sebelumnya. Artinya melakukan evaluasi dan memilih alternatif terbaik     melalui  serangkaian kreteria. Misalnya dengan menggunakan sistem “skoring”
4)   Membuat berbagai alternative. Artinya setelah melalui berbagai pertimbangan tadi maka diambil satu keputusan misalnya  Alternatif yang diambil adalah alternatif dengan “skor” paling tinggi untuk setiap kreterianya merupakan alternatif terbaik.
5)   Implementasi. Hal ini merupakan tahapan  yang paling sulit dalam proses pengambilan keputusan
6)   Follow Up dan Evaluasi . Monitor dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan keputusan mengenai sasaran atau tujuan yang dituju.

2.      Model Kreativitas
a.    Kreativitas adalah kemampuan menciptakan ide – ide baru dan bermanfaat.
b.    Tujuannya adalah membantu mengidentifikasikan dan memahami masalah yang belum jelas
c.    Ada 3 komponen model kreativitas :
1)   Keahlian yaitu dasar untuk setiap pekerjaan kreatif yang bisa diperoleh dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan dan potensi diri. Misalnya untuk menjadi seorang ahli maka individu tersebut harus memiliki pengetahuan yang luas tentang  keahliannya tersebut
2)   Keterampilan – keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif yaitu karakteristik pribadi  yang berhubungan dengan krativitas serta kemampuan untuk menggunakan analogi serta bakat untuk melihat sesuatu yang lazim dari sudut padang yang berbeda misalnya seorang peneliti akan menjadi lebih kreatif jika berada dalam suasana hati yang baik, jadi untuk mendapatkan hal tersebut banyak hal yang menyenangkan bisa dilakukan seperti mendegarkan musik, makan makanan favorit atau bersosialisasi dengan individu yang lain.
3)   Motivasi Tugas Intrinsik  yaitu keinginan untuk mengerjakan sesuatu karena adanya dorongan dalam diri individu dan pengaruh dari lingkungan kerja  misalnya hal tersebut dilakukan karena manarik, rumit, mengasyikkan, memuaskan atau menantang secara pribadi. Serta lingkungan kerja memberikan support dalam bentuk konstruktif seperti memberikan penghargaan dan pengakuan atas kreatifitas individu.
3.      Model Intuisi /firasat
Yaitu Sebuah proses tidak sadar sebagai hasil dari pengalaman yang disaring atau kekuatan yang  muncul dengan cepat tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal /sadar. Contoh pada saat bawahan anda memberikan laporan anda merasa bahwa ada ketidaksesuaian dalam laporan tersebut.

E.   Etika Pengambilan Keputusan

Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusa, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
1.      Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugikan terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2.      Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.

3.      Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4.      Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.

F.   Kriteria Pengambilan Keputusan Yang Etis

Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah:
1.    Pendekatan bermanfaat
Pendekatan bermanfaat(utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.
2.    Pendekatan individualisme
     Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu.
3.    Konsep tentang etika bahwa keputusan dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
a.       hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
b.      hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya.
c.       hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya.
d.      hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
e.       hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.
f.       hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya

G.  Factor-faktor  yang  mempengaruhi  pengambilan  keputusan 

1.      Kondisi Kepastian adalah suatu kondisi dimana pengambil   keputusan mempunyai informasi sepenuhnya tentang masalah yang dihadapi, alternatif – alternatif pemecahan masalah yang tepat karena  hasil – hasil dari setiap alternatif – alternatif pemecahan tersebut telah diketahui.
2.      Resiko adalah suatu kondisi yang dapat diidentifikasi, diprediksi kemungkinan terjadi dan kemungkinan – kemungkinan dari setiap pemecahan yang sesuai dengan hasil yang diinginkan atau dicapai
3.      Ketidakpastian adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki kepastian atau tidak dapat menentukan sesuatu yang subyektif kedalam kemungkinan yang bersifat obyektif










BAB III

STUDI KASUS

Kebijakan adalah suatu tindakan  yang mengarah  pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan  para actor kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia.
Salah satu contoh kasus pengambilan keputusan adalah mengenai pengambilan keputusan kenaikan harga BBM oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Jika berbicara tentang BBM (bahan bakar minyak) yang mempengaruhi hajat hidup manusia banyak, proses pengambilan keputusan telah melalui sidang paripurna dikarenakan pada rapat sebelumnya dengan badan anggaran ( Banggar) tidak menemukan titik temu, ada beberapa alternatif yang dibuat oleh pihak yang pro maupun yang kontra.
Pada akhirnya keputusan yang diambil adalah menaikkan harga BBM dengan tujuan agar subsidi yang diberlakukan selama ini akan lebih tepat sasaran bila langsung disalurkan kepada warga miskin melalui program BLSM. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat atau BLSM adalah bantuan yang diberikan pemerintah atas kenaikan  harga BBM yang terjadi pada 22 Juni 2013. Pemerintah Indonesia meyakini tindakan ini merupakan keputusan yang penting untuk menyelamatkan fiscal negara, meskipun pemerintah juga meyakini bahwa ini adalah  keputusan yang sulit bagi pemerintah. Total dana ganti rugi kenaikan BBM bersubsidi sebesar 27,9 triliun rupiah kepada setiap keluarga yang berhak menerima. Ada 15,5 juta rumah tangga yang akan  menerima BLSM selama 4-5 bulan bagi mereka yang berpenghasilan Rp 10.000-Rp 20.000 per hari. Walaupun begitu, BLSM sering disebut masyarakat sebagai kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Sebenarnya apa dampak dari keputusan menaikan harga BBM terhadap kehidupan perekonomian rakyat? Bukankah keputusan yang diambil pemerintah tersebut diambil agar subsidi pemerintah lebih tepat sasaran? Kenaikan harga BBM tentu akan berimbas pada kenaikan harga seluruh barang baik komoditas pertanian, bahan-bahan kebutuhan pokok, tarif angkutan umum, hingga bahan- bahan material properti.
Dampak ini bukannya tidak disadari oleh pemerintah, tapi dengan dalih inflasi yang tidak terhindarkan, maka mau tidak mau, setuju atau tidak setuju harga BBM bersubsidi harus dinaikkan. Meski demikian, pemerintah juga tidak tinggal diam. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin, pemerintah menyertakan program bantuan sosial berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat untuk kaum papa di negeri ini. Sasaran penerima BLSM adalah masyarakat miskin penerima raskin (beras miskin). Teknisnya, setiap penerima raskin memperoleh Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang dikirim melalui layanan POS Indonesia. BLSM merupakan program pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin sebagai kompensasi kenaikan harga BBM.
Program ini berupa pemberian dana bantuan secara tunai sebesar Rp 150.000,- (seratus lima puluhribu rupiah) setiap bulan. Sesuai dengan namanya, bantuan sosial ini tidak  berlangsung abadi, karena hanya bersifat sementara. Rumah Tangga Sasaran (RTS) hanya akan menerima BLSM selama empat bulan saja. Secara teknis, penyaluran BLSM mulai dilakukan serentak pada 22 Juni2013. Tidak seperti penyaluran BLT (Bantuan Langsung Tunai) pada tahun 2009 silam, di mana para penerima bantuan sosial tersebut harus antre bahkan saling berdesakan. Meski instansi penyalur yang ditunjuk masih sama, yakni PT. POS Indonesia, namun kali ini, sistem penyaluran BLSM lebih teratur, karena ditentukan jadwal layanan berdasarkan kelurahan. Petugas hanya akan melayani pencairan BLSM sesuai dengan  jadwal yang telah ditentukan saja. Artinya, jika warga dari kelurahan lain ingin mencairkan BLSM tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan, maka warga tersebut tidak akan dilayani. Oleh sebab itu, RTS  yang ingin mencairkan BLSM disyaratkan untuk membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga petugas dapat melakukan verifikasi data yang bersangkutan. Pada tahap pertama, BLSM akan disalurkan untuk dua bulan sekaligus yakni Juli dan Agustus, sehingga setiap RTS akan memperoleh dana sebesar Rp 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).
ANALISIS KASUS
Menurut pendapat saya, keputuan pemerintah yang  memberikan kebijakan BLSM sebagai bantuan yang diberikan pemerintah atas kenaikan harga BBM yang terjadi pada 22 Juni 2013 tidak tepat sasaran dan tidak efektif juga efisien. Karena kenaikan BBM bukan hanya dirasakan oleh kalangan  bawah, ada kalangan menengah bawah juga yang merasakannnya. Dan ada beberapa masyarakat kalangan bawah yang belum mempunyai KPS sebagai syarat menerima BLSM. Ada beberapa manfaat dari keputusan pemerintah tersebut antara lain :
1.      Mengurangi dampak negatif dari kenaikan BBM
2.      Membantu masyarakat miskin meningkatkan daya beli
3.      Menurunkan angka kemiskinan
Ada beberapa dampak dari keputusan pemerintah tersebut yaitu :
1.      BLSM mendidik bangsa jadi pengemis
Program BLSM tersebut dinilai sebagian kalangan tidak mendidik masyarakat untuk mandiri. Masyarakat justru dilatih untuk menjadi pengemis yang selalu bergantung pada bantuan pemerintah. Hal ini akan berpengaruh  pada keefektifan program tersebut. BLSM hanya berlangsung sementara dengan nominal yang relatif kecil. Apakah dalam waktu empat bulan, penerima BLSM akan mandiri secara ekonomi? Belum tentu. Pemerintah seolah lupa bahwa dampak kenaikan harga BBM akan berimbas pada setiap lini perekonomian dan akan berlangsung seterusnya. Lantas, apa yang bisa dilakukan masyarakat miskin penerima BLSM setelah tidak memperoleh bantuan sosial dari pemerintah? Jika tidak ada usaha pemberdayaan, kelompok masyarakat tersebut akan tetap miskin. Masyarakat diberi bantuan sosial, tapi di saat masyarakat terlena dengan bantuan tersebut, pemerintah akan meninggalkannya, karena memang anggaran program terbatas untuk empat bulan saja. Masyarakat yang terlena sontak gelagapan karena sumber dana untuk membiayai sebagian kebutuhannya tertutup. Oleh sebab itu, ketergantungan masyarakat inilah yang mendasari munculnya penilaian bahwa program BLSM tidak mendidik masyarakat untuk mandiri. BLSM hanya bermanfaat bagi masyarakat jika pemerintah mampu mengendalikan harga kebutuhan pokok pada harga sebelum issukenaiikan harga BBM. Pertanyaanya bisakah pemerintah mengendalikan itu? Pasti jawabannya “Tidak” oleh sebab itu BLSM tidak efektif menolong rakyat.
2.      Terjadinya Keluhan, Protes dan Demonstrasi
Lemahnya pengawasan pemerintah akan bantuan BLSM membuat sebagian warga yang berhak menerima bantuan BLSM malah tidak mendapatkan bantuan BLSM. Sementara itu, sebagian warga yang tidak berhak menerima bantuan BLSM malah mendapatkan bantuan BLSM. Oleh karena itu, terjadilah protes dan demonstrasi yang disebabkan oleh bantuan BLSM yang tidak tepat sasaran.
3.      BLSM Sarana Kepentingan Politik
Program bantuan langsung sementara masyarakat dinilai oleh banyak orang, dijadikan sebagai sarana mencari dukungan publik terhadap tokoh atau partai politik menjelang Pemilu 2014. Menjelang Pemilu 2014 adalah sangat wajar apabila publik mencurigai motivasi dari menteri yang memantau langsung pemberian BLSM tersebut. Terlebih lagi, menteri yang melakukan pemantauan tidak ada kaitannya dengan BLSM dan membagikannya di daerah pemilihannya.
Jadi keputusan pemerintah yang memberikan kebijakan BLSM masih kurang efektif dan efisien, di satu sisi keputusan tersebut sangat membantu tetapi di sisi lain keputusan tersebut bisa memperparah keadaan ekonomi masyarakat. Belum lagi pembagian bantuan yang tidak merata, dimana ada masyarakat yang keadaan ekonominya mampu mendapat BLSM dan ada masyarakat yang seharusnya mendapat BLSM tidak menerima bantuan tersebut. Pemerintah mengklaim program bantuan langsung sosial masyarakat merupakan keputusan yang tidak hanya akan membantu masyarakat miskin ketika harga bahan bakar minyak bersubsidi dinaikan, namun juga akan menurunkan angka kemiskinan. Namun ternyata BLSM yang dibagi-bagi pemerintah ternyata tidak efektif membantu masyarakat. Kompensasi senilai Rp 150 per  bulan dinilai tak berarti bila dibanding dampak sosial yang ditimbulkan akibat kenaikan harga BBM.
           

 



BAB IV

KESIMPULAN

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.           Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.
            Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka, ada baiknya sebelum Anda mengambil keputusan mengacu pada prinsip-prinsip Autonomy, Non-malfeasance, Beneficence, Justice,dan Fidelity.
            Ada 3 kriteria dalam pengambilan keputusan yaitu; Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), Pendekatan individualism, dan konsep etika yang menjaga hak individu. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis atau pun tidak etis yaitu; tahap perkembangan moral, lingkungan organisasi, dan tempat kedudukan terkendali.










DAFTAR PUSTAKA


https://id.wikipedia.org/wiki/Etika diakses pada tanggal 20 Maret 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

POSTULAT AKUNTANSI

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIIDKAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 “LIKUIDASI PERSEKUTUAN USAHA”